Memahami Keberadaan Seni
Zusdi F. Arianto
“Seni
adalah suatu ‘binatang’ yang aneh. Sepertinya akrab sekali dengan kehidupan
kita. Tetapi, disisi lain,ternyata juga tidak gampang dimengerti.” (Bambang Sugiharto)
Pendahuluan
Seni bukanlah kata yang asing dalam keseharian kita. Disekolah,
mulai dari tingkat Sekolah Dasar, bahkan Taman Kanak-Kanak, hingga Sekolah
Menengah Atas terdapat mata pelajaran Seni Budaya, yang didalamnya termuat
materi tentang kesenian: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Drama. Pada Era
teknologi informasi dewasa ini, produk-produk kesenian dapat mudah kita akses,
terutama musik, film dan seni rupa. Kita bahkan merupakan bagian aktif dari
terjadinya peristiwa kesenian – atau setidaknya sebagai penikmat – minimal saat
mendengarkan musik dan melakukan foto selfie.
Seni ada disekitar kita. Ia tersaji. Kita merasakan dan menikmati
kehadirannya. Ia nyata sekaligus abstrak. Dalam kehidupan kita bertebaran
banyak karya seni. Namun, apakah kita benar-benar memahami apa seni itu
sebenarnya? Apa itu seni? Apa kriteria sebuah benda bisa dikatakan sebuah karya
seni? Apa ukuran sebuah tindakan bisa dikatakan sebagai aktivitas kesenian?
Bagaimana kita bisa tahu mana seni dan bukan? Atau, adakah benda yang bukan
karya seni dan tindakan yang bukan bagian dari aktifitas kesenian? Pertanyaan
lebih jauh lagi, jadi, (untuk) Apa seni?
Apa
itu Seni?
Seni sering diidentikan dengan keterampilan atau keahlian. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata seni berarti suatu keahlian untuk membuat karya
yang bermutu. Menurut I.G. Bg. Sugriwa, seni berasal dari bahasa sangsekerta
yang berarti pelayanan, penyembahan dan pemberian. Jika mengambil
perbendaharaan kata bahasa Sansekerta yang telah membumi menjadi Kawi atau Jawa
Kuna, kata ‘seni’ disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpamempunyai arti berwarna. Berikut penulis
sampaikan pengertian seni menurut beberapa tokoh, diantaranya:
1.
Alexander
Gottlieb Baumgarten
Seni adalah
keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam
kebahagiaan.
2.
Aristoteles
Seni adalah
bentuk yang pengungkapannya dan penampilanya tidak pernah menyimpang dari
kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
3.
Immanuel Kant
Seni adalah
sebuah impian, karena rumus-rumus tidak pernah mengihtiarkan kenyataan.
4.
Ki Hajar
Dewantara
Seni merupakan
hasil keindahan sehingga dapat menggerakan perasaan indah orang yang
melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat menimbulkan perasaan
indah itu adalah seni.
5.
Achdiat
Kartamihardja
Seni adalah aktivitas rohani manusia
yang merefleksikan realitas kedalam suatu karya.
Beberapa pendapat diatas menunjukan seni sebagai hasil ciptaan
manusia yang mengandung keindahaan. Ada duan unsur pokok seni yang harus
diketahui: pertama, seni sebagai hasil karya manusia dan kedua, seni mengandung unsur keindahan. Betapa pun
indahnya suatu benda, jika bukan hasil karya manusia, maka tidak dapat disebut
karya seni. Contohnya, pemandangan alam, kerlap-kerlip bintang, dan pelangi
yang berwarna-warni. Begitu pula sebaliknya, meskipun suatu benda diciptakan
manusia, tetapi tidak mengandung keindahan, belum tentu dapat disebut karya
seni. Contohnya, cangkul, batu-bata,
meja.
Seni
Sebagai Produk dan Perkembangannya PadaAbad Modern
Dalam artikelnya ARS GRATIA ARTIS: Mempertanyakan Seni dalam
Abad Pabrikasi Digital, Munawar Ahmad menuliskan, bahwa kehidupan
berkesenian dalam suatu peradaban bergerak dalam garis linieritas dengan
pertumbuhan peradaban itu sendiri sehingga kehidupan berkesenian selalu memberi
arti tersendiri pada kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan bukan karena
pelaku berkesenian itu adalah manusia belaka, namun yang terpenting disebabkan
karena energi berkesenian adalah roh zaman itu sendiri, berupa pergumulan ide,
ataupun dinamika harapan dan konflik manusia itu sendiri.
Kehidupan manusia merupakan kehidupan yang kompleks, yang
didalamnya termuat sub-sub sistem sebagai penunjang kinerja sistem kehidupan
manusia menuju sebuah perubahan yang idealnya. Salah satu sub sistem sosial
adalah sistem berkesenian. sebagai sub-sistem, kesenian memiliki peran
strategis didalam menjelaskan sekaligus mengkritisi perjalanan kehidupan
manusia. Dengan demikian kehidupan berkesenian sebenarnya tidak terlepas dari
dinamika zamannya, karena zaman merupakan ruang pergumulan perubahan itu
sendiri. (Munawar Ahmad, 2014)
Membaca sejarah kebudayaan (Yapi Tambayong, 2012:111), dapat
diketahui, bahwa peradaban manusia yang kasatmata dan terlestari sampai ribuan
tahun, adalah seni rupa, meliputi semua bidang: lukis, patung, arsitektur. Di
Indonesia, karya seni lukis muncul sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya lukisan tangan pada dinding gua di Leang-Leang, Sulawesi
Selatan.Namun begitu, diperkirakan, seni rupa bukanlah bentuk kesenian yang
lahir lebih awal. Media atau benda yang lebih mudah dijangkau memungkinkan
untuk jadi medium seni adalah tubuh manusia itu sendiri. Dengan mendengar suara serta memproduksi bunyi – dari teriakan,
hentakan kaki, tepukan tangan – manusia prasejarah telah menciptakan musik dalam
bentuknya yang paling sederhana. Disanalah seni pertama dan dalam bentuknya
yang paling sederhana tercipta.
Indonesia sebagai bangsa multikultural, memiliki beragam khasanah
kebudayaan. Banyaknya suku bangsa yang ada di Nusantara merupakan aset untuk
lahirnya bentuk dan jenis kesenian yang khas sesuai dengan adat budaya
setempat. Pertumbuhan pembangunan yang tidak merata di Indonesia pun ikut
menyumbangkan keragaman bentuk dan jenis kesenian pada hari ini. Saat ini, di
daerah-daerah pedalaman diberbagai daerah di Indonesia, khususnya Kalimantan
danPapua, masih banyak masyarakat yang mencipta seni dengan teknologi – yang
jika dibandingkan dengan perkenbangan mutakhir – sangat sederhana dan
memfungsikan seni sebagai sarana ritual atau pun upacara adat. Sedangkan
dibagian lain, - khususnya di kota-kota besar - seni telah bertransformasi
sedemikian rupa, sebagai sarana hiburan yang berorientasi duniawi dengan
teknologi modern.
Di abad modern, seni kemudian terklasifikasi dalam beberapa
pengertian. Pengelompokan seni
berdasarkan medium yang digunakan untuk menciptakan karya seni dibagi sebagai
berikut: seni suara, seni rupa, seni sastra, seni tari, seni teater dan seni
media rekam. Berikut adalah pembagian seni menurut pengertian yang lain:
1.
Berdasarkan
tujuan penciptaan.
a.
Seni Murni (Fine
Art) adalah karya seni yang diciptakan untuk memenuhi kepuasan batin
senimannya dan tidak memeliki tujuan praktis.
b.
Seni Terapan
adalah karya seni yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia.
Oleh karena itu, di dalam pembuatannya selalu memperhatikan azas from follow
function (bentuk mengikuti fungsi).
2.
Berdasarkan
fungsi.
a.
Fungsi Sakral
Seni yang
difungsikan untuk sarana peribadatan keagamaan dan ritual upacara adat, dsb.
b.
Fungsi Profan/
Duniawi
Seni yang
difungsikan sebagai hiburan.
3.
Berdasarkan
stratifikasi sosial.
a.
Seni Istana/
Kerajaan yakni seni yang lahir dan berkembang dilingkungan istana untuk
kererluan istana.
b.
Seni Rakyat
yakni seni yang lahir tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat umum. Tiap
suku bangsa memiliki kesenian rakyat.
4.
Berdasarkan jenis/ aliran.
a.
Seni Musik : Baroque, Klasik, Pop, Rock, Jazz,
Dangdut, Campursari, dsb.
b.
Seni Rupa : Ekspresionisme, Impresionisme,
Realisme, Abstrak,dsb.
c.
Seni Tari : Tradisi, Moderen, Tari Garapan, Tari
Tunggal, dsb.
d.
Seni Sastra : Puisi, Deklamasi, Pantun, Tulis (Novel,
Cerpen, dsb), dsb.
e.
Seni Teater : Realis, Surealis, Pantomim, dsb.
f.
Seni Media
Rekam : Film, Fotografi, dsb.
5.
Berdasarkan
medium penyajian.
a.
Audio b. Visual c. Audio Visual/ Pertunjukan
Seni
dan Keindahan: Sebuah Inteperasi
Secara umum banyak
orang yang mengemukakan
pengertian seni sebagai keindahan. Pengertian seni
adalah produk manusia
yang mengandung nilai
keindahan bukan pengertian yang keliru, namun tidak sepenuhnya benar.
Jika menelusuri arti seni melalui sejarahnya, baik di Barat (baca: sejak Yunani
Purba) maupun di Indonesia, nilai keindahan menjadi satu kriteria yang utama.
Bambang Sugiharto menyatakan bahwa kata atau konsep keindahan tidak cukupuntuk
memahami seni.
Seni dan keindahan memang lahir dari filsafat cabang estetika,
namun keduanya tidak identik. Suatu benda yang indah belum tentu sebuah seni,
pun sebaliknya, bahwa seni tidak melulu indah dan berbicara mengenai keindahan.Masalahnya,
ada kesenjangan antara seni sejauh yang dipahami masyarakat dengan perkembangan
dunia seni sendiri yang menjadi sangat eksklusif.Umumnya masyarakat menganggap
seni sebagai: pertama, berkaitan dengan keindahan dan kedua,
berkaitan dengan keterampilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyempitan
makna pada kata seni dalam pemahaman masyarakat.
Seni dari awal sampai sekarang – sebuah perjalanan yang pelik/
rumit – lebih banyak berkaitan dengan pemaknaan atas hidup dan pemaknaan
atas pengalaman, jadi tidak eksklusif pada keindahan. Masalahnya, pemaknaan
atas pengalaman itu luas sekali, setidaknya ada empat cabang/ sistem yang
bergelut pada ‘pemaknaan atas pengalaman’, yakni: Seni, Agama, Sains dan
Filsafat. Bedanya, seni melihat dunia manusia yang paling kongkrit yang
sebagian besarnya itu pra reflektif. Dunia yang kompleks sekaligus ambigu.
Bukan dunia yang diabtraksi ala sains, juga bukan dunia yang diidealisasi/
dinormatifkan ala agama.
Sebuah karya seni yang bagus adalah karya yang dapat memperlihatkan
kompleksitas sekaligus ambiguitas dari kenyataan manusia, melalui olah bentuk. Merenungi
kompleksitas dan ambiguitas kehidupan merupakan ketajaman dan kesetiaan seorang
seniman. Seni sering tampak liar justru karena ingin lebih setia pada
pengalaman, tapi hanya untuk mengaduk-aduk kerumitan pengalaman.Akibatnya
seringkali bisa mudah berbenturan dengan dunia agama, moral, sains dan teologi.
Seni itu hendak merumuskan (mengartikulasikan) hal-hal dalam realitas yang
sering tidak terumuskan (terartikulasi). (Bambang Sugiharto)
Menurut Bambang Sugiharto, dunia seni adalah dunia rasawi dan
imajinasi, buka sekedar teori. Untuk dapat memahaminya, seorang seniman harus
melihat bendanya, peristiwanya, harus bersentuhan secara langsung dan belajar
mengapresiasi. Oleh karena itu, seorang seniman harus mempunyai bekal bidang
ilmu yang lain, seperti: Sosiologi, Psikologi, Antropologi, Filsafat, Sains,
Ekonomi, dsb. Seorang seniman dituntut untuk cerdas secara intelektual,
spiritual dan emosional. Seni lahir dari realitas kehidupan, maka dari itu
sebuah karya seni sejatinya adalah untuk mengisi kehidupan. Sehingga seni
menjadi medium manusia untuk berdialog, bukan sekedar dekoratif tanpa etik.
Seni sebagai art gracia mundus (seni untuk kehidupan), diharapkan mampu
mengingatkan manusia akan keburukan-keburukan hidup, dengan cara yang santun
tapi mendidik.
0 komentar:
Posting Komentar