About

Amikom

Minggu, 14 Desember 2014

Memahami Keberadaan Seni

Memahami Keberadaan Seni
Zusdi F. Arianto

“Seni adalah suatu ‘binatang’ yang aneh. Sepertinya akrab sekali dengan kehidupan kita. Tetapi, disisi lain,ternyata juga tidak gampang dimengerti.” (Bambang Sugiharto)

Pendahuluan
Seni bukanlah kata yang asing dalam keseharian kita. Disekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar, bahkan Taman Kanak-Kanak, hingga Sekolah Menengah Atas terdapat mata pelajaran Seni Budaya, yang didalamnya termuat materi tentang kesenian: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Drama. Pada Era teknologi informasi dewasa ini, produk-produk kesenian dapat mudah kita akses, terutama musik, film dan seni rupa. Kita bahkan merupakan bagian aktif dari terjadinya peristiwa kesenian – atau setidaknya sebagai penikmat – minimal saat mendengarkan musik dan melakukan foto selfie.
Seni ada disekitar kita. Ia tersaji. Kita merasakan dan menikmati kehadirannya. Ia nyata sekaligus abstrak. Dalam kehidupan kita bertebaran banyak karya seni. Namun, apakah kita benar-benar memahami apa seni itu sebenarnya? Apa itu seni? Apa kriteria sebuah benda bisa dikatakan sebuah karya seni? Apa ukuran sebuah tindakan bisa dikatakan sebagai aktivitas kesenian? Bagaimana kita bisa tahu mana seni dan bukan? Atau, adakah benda yang bukan karya seni dan tindakan yang bukan bagian dari aktifitas kesenian? Pertanyaan lebih jauh lagi, jadi, (untuk) Apa seni?
Apa itu Seni?

Seni sering diidentikan dengan keterampilan atau keahlian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata seni berarti suatu keahlian untuk membuat karya yang bermutu. Menurut I.G. Bg. Sugriwa, seni berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti pelayanan, penyembahan dan pemberian. Jika mengambil perbendaharaan kata bahasa Sansekerta yang telah membumi menjadi Kawi atau Jawa Kuna, kata ‘seni’ disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpamempunyai arti berwarna. Berikut penulis sampaikan pengertian seni menurut beberapa tokoh, diantaranya:
1.      Alexander Gottlieb Baumgarten
Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
2.      Aristoteles
Seni adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilanya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
3.      Immanuel Kant
Seni adalah sebuah impian, karena rumus-rumus tidak pernah mengihtiarkan kenyataan.
4.      Ki Hajar Dewantara
Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat menimbulkan perasaan indah itu adalah seni.
5.      Achdiat Kartamihardja
Seni adalah aktivitas rohani manusia yang merefleksikan realitas kedalam suatu karya.
Beberapa pendapat diatas menunjukan seni sebagai hasil ciptaan manusia yang mengandung keindahaan. Ada duan unsur pokok seni yang harus diketahui: pertama, seni sebagai hasil karya manusia dan kedua,  seni mengandung unsur keindahan. Betapa pun indahnya suatu benda, jika bukan hasil karya manusia, maka tidak dapat disebut karya seni. Contohnya, pemandangan alam, kerlap-kerlip bintang, dan pelangi yang berwarna-warni. Begitu pula sebaliknya, meskipun suatu benda diciptakan manusia, tetapi tidak mengandung keindahan, belum tentu dapat disebut karya seni.  Contohnya, cangkul, batu-bata, meja.
Seni Sebagai Produk dan Perkembangannya PadaAbad Modern
Dalam artikelnya ARS GRATIA ARTIS: Mempertanyakan Seni dalam Abad Pabrikasi Digital, Munawar Ahmad menuliskan, bahwa kehidupan berkesenian dalam suatu peradaban bergerak dalam garis linieritas dengan pertumbuhan peradaban itu sendiri sehingga kehidupan berkesenian selalu memberi arti tersendiri pada kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan bukan karena pelaku berkesenian itu adalah manusia belaka, namun yang terpenting disebabkan karena energi berkesenian adalah roh zaman itu sendiri, berupa pergumulan ide, ataupun dinamika harapan dan konflik manusia itu sendiri.
Kehidupan manusia merupakan kehidupan yang kompleks, yang didalamnya termuat sub-sub sistem sebagai penunjang kinerja sistem kehidupan manusia menuju sebuah perubahan yang idealnya. Salah satu sub sistem sosial adalah sistem berkesenian. sebagai sub-sistem, kesenian memiliki peran strategis didalam menjelaskan sekaligus mengkritisi perjalanan kehidupan manusia. Dengan demikian kehidupan berkesenian sebenarnya tidak terlepas dari dinamika zamannya, karena zaman merupakan ruang pergumulan perubahan itu sendiri. (Munawar Ahmad, 2014)
Membaca sejarah kebudayaan (Yapi Tambayong, 2012:111), dapat diketahui, bahwa peradaban manusia yang kasatmata dan terlestari sampai ribuan tahun, adalah seni rupa, meliputi semua bidang: lukis, patung, arsitektur. Di Indonesia, karya seni lukis muncul sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan tangan pada dinding gua di Leang-Leang, Sulawesi Selatan.Namun begitu, diperkirakan, seni rupa bukanlah bentuk kesenian yang lahir lebih awal. Media atau benda yang lebih mudah dijangkau memungkinkan untuk jadi medium seni adalah tubuh manusia itu sendiri. Dengan mendengar  suara serta memproduksi bunyi – dari teriakan, hentakan kaki, tepukan tangan – manusia prasejarah telah menciptakan musik dalam bentuknya yang paling sederhana. Disanalah seni pertama dan dalam bentuknya yang paling sederhana tercipta.
Indonesia sebagai bangsa multikultural, memiliki beragam khasanah kebudayaan. Banyaknya suku bangsa yang ada di Nusantara merupakan aset untuk lahirnya bentuk dan jenis kesenian yang khas sesuai dengan adat budaya setempat. Pertumbuhan pembangunan yang tidak merata di Indonesia pun ikut menyumbangkan keragaman bentuk dan jenis kesenian pada hari ini. Saat ini, di daerah-daerah pedalaman diberbagai daerah di Indonesia, khususnya Kalimantan danPapua, masih banyak masyarakat yang mencipta seni dengan teknologi – yang jika dibandingkan dengan perkenbangan mutakhir – sangat sederhana dan memfungsikan seni sebagai sarana ritual atau pun upacara adat. Sedangkan dibagian lain, - khususnya di kota-kota besar - seni telah bertransformasi sedemikian rupa, sebagai sarana hiburan yang berorientasi duniawi dengan teknologi modern.
Di abad modern, seni kemudian terklasifikasi dalam beberapa pengertian.  Pengelompokan seni berdasarkan medium yang digunakan untuk menciptakan karya seni dibagi sebagai berikut: seni suara, seni rupa, seni sastra, seni tari, seni teater dan seni media rekam. Berikut adalah pembagian seni menurut pengertian yang lain:
1.      Berdasarkan tujuan penciptaan.
a.       Seni Murni (Fine Art) adalah karya seni yang diciptakan untuk memenuhi kepuasan batin senimannya dan tidak memeliki tujuan praktis.
b.      Seni Terapan adalah karya seni yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia. Oleh karena itu, di dalam pembuatannya selalu memperhatikan azas from follow function (bentuk mengikuti fungsi).
2.      Berdasarkan fungsi.
a.       Fungsi Sakral
Seni yang difungsikan untuk sarana peribadatan keagamaan dan ritual upacara adat, dsb.
b.      Fungsi Profan/ Duniawi
Seni yang difungsikan sebagai hiburan.
3.      Berdasarkan stratifikasi sosial.
a.       Seni Istana/ Kerajaan yakni seni yang lahir dan berkembang dilingkungan istana untuk kererluan istana.
b.      Seni Rakyat yakni seni yang lahir tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat umum. Tiap suku bangsa memiliki kesenian rakyat.
4.       Berdasarkan jenis/ aliran.
a.       Seni Musik      : Baroque, Klasik, Pop, Rock, Jazz, Dangdut, Campursari, dsb.
b.      Seni Rupa        : Ekspresionisme, Impresionisme, Realisme, Abstrak,dsb.
c.       Seni Tari          : Tradisi, Moderen, Tari Garapan, Tari Tunggal, dsb.
d.      Seni Sastra      : Puisi, Deklamasi, Pantun, Tulis (Novel, Cerpen, dsb), dsb.
e.       Seni Teater      : Realis, Surealis, Pantomim, dsb.
f.       Seni Media Rekam      : Film, Fotografi, dsb.
5.      Berdasarkan medium penyajian.
a.       Audio              b. Visual          c. Audio Visual/ Pertunjukan
Seni dan Keindahan: Sebuah Inteperasi
Secara  umum  banyak  orang  yang  mengemukakan  pengertian  seni  sebagai keindahan. Pengertian  seni  adalah  produk  manusia  yang  mengandung  nilai  keindahan bukan pengertian yang keliru, namun tidak sepenuhnya benar. Jika menelusuri arti seni melalui sejarahnya, baik di Barat (baca: sejak Yunani Purba) maupun di Indonesia, nilai keindahan menjadi satu kriteria yang utama. Bambang Sugiharto menyatakan bahwa kata atau konsep keindahan tidak cukupuntuk memahami seni.
Seni dan keindahan memang lahir dari filsafat cabang estetika, namun keduanya tidak identik. Suatu benda yang indah belum tentu sebuah seni, pun sebaliknya, bahwa seni tidak melulu indah dan berbicara mengenai keindahan.Masalahnya, ada kesenjangan antara seni sejauh yang dipahami masyarakat dengan perkembangan dunia seni sendiri yang menjadi sangat eksklusif.Umumnya masyarakat menganggap seni sebagai: pertama, berkaitan dengan keindahan dan kedua, berkaitan dengan keterampilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyempitan makna pada kata seni dalam pemahaman masyarakat.
Seni dari awal sampai sekarang – sebuah perjalanan yang pelik/ rumit – lebih banyak berkaitan dengan pemaknaan atas hidup dan pemaknaan atas pengalaman, jadi tidak eksklusif pada keindahan. Masalahnya, pemaknaan atas pengalaman itu luas sekali, setidaknya ada empat cabang/ sistem yang bergelut pada ‘pemaknaan atas pengalaman’, yakni: Seni, Agama, Sains dan Filsafat. Bedanya, seni melihat dunia manusia yang paling kongkrit yang sebagian besarnya itu pra reflektif. Dunia yang kompleks sekaligus ambigu. Bukan dunia yang diabtraksi ala sains, juga bukan dunia yang diidealisasi/ dinormatifkan ala agama.
Sebuah karya seni yang bagus adalah karya yang dapat memperlihatkan kompleksitas sekaligus ambiguitas dari kenyataan manusia, melalui olah bentuk. Merenungi kompleksitas dan ambiguitas kehidupan merupakan ketajaman dan kesetiaan seorang seniman. Seni sering tampak liar justru karena ingin lebih setia pada pengalaman, tapi hanya untuk mengaduk-aduk kerumitan pengalaman.Akibatnya seringkali bisa mudah berbenturan dengan dunia agama, moral, sains dan teologi. Seni itu hendak merumuskan (mengartikulasikan) hal-hal dalam realitas yang sering tidak terumuskan (terartikulasi). (Bambang Sugiharto)

Menurut Bambang Sugiharto, dunia seni adalah dunia rasawi dan imajinasi, buka sekedar teori. Untuk dapat memahaminya, seorang seniman harus melihat bendanya, peristiwanya, harus bersentuhan secara langsung dan belajar mengapresiasi. Oleh karena itu, seorang seniman harus mempunyai bekal bidang ilmu yang lain, seperti: Sosiologi, Psikologi, Antropologi, Filsafat, Sains, Ekonomi, dsb. Seorang seniman dituntut untuk cerdas secara intelektual, spiritual dan emosional. Seni lahir dari realitas kehidupan, maka dari itu sebuah karya seni sejatinya adalah untuk mengisi kehidupan. Sehingga seni menjadi medium manusia untuk berdialog, bukan sekedar dekoratif tanpa etik. Seni sebagai art gracia mundus (seni untuk kehidupan), diharapkan mampu mengingatkan manusia akan keburukan-keburukan hidup, dengan cara yang santun tapi mendidik. 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review