APA
GUNANYA PENDIDIKAN TANPA ORGANISASI DAN APA GUNANYA ORGANISASI TANPA PENDIDIKAN
100 orang tanpa pendidikan adalah
pemberontakan satu orang berpendidikan adalah awal dari sebuah pergerakan
(Chico Mendes)
Terinspirasi dari sebuah film garapan HBO Pictures
yang berjudul Burning Sesion dari
perkataan Chico Mendes, seorang tokoh perjuangan di film tersebut dalam
menyelamatkan hutan hujan tropis di propinsi Cachoeira yang terletak di Negara
bagian Brazil, Chico Mendes adalah pemuda yang hidup di era 70-an ia seorang
yang tidak hidup di sebuah perkotaan, dimana semua keinginan akan mudah di
dapat, chico juga tidak hidup di sebuah lingkungan keluarga yang berpendidikan,
bapaknya yang hanya seorang petani karet dari sebuah tumbuhan yang hidup di
liar di hutan Amazon. Mereka benar-benar merasakan hokum “gaya hutan”, namun
tekad seorang chico dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol.
Dari sini tentunya bagi kita yang menikmati enaknya
hidup disebuah wilayah dimana segala kebutuhan mudah didapat, lahir dari
kalangan terdidik atau minimal (bagi pribadi) kita mengenyam dunia pendidikan,
alangkah meruginya kita, jika fasilitas yang serba mudah tersebut tidak
menikmatinya. Hampir satu abad Indonesia merdeka dari penjajahan, orang-orang
pendahulu kita sangat sulit sekali mengenyam dunia pendidikan, mereka harus
sembunyi-sembunyi dalam mendapatkan ilmu, kalaupun diperbolehkan kebanyakan
dari mereka hanta selesai sampai SR (Sekolah Rakyat), sebuah jenjang sekolah
yang kalau zaman sekarang setara SD (Sekolah Dasar), ketatnya aturan-aturan
yang diterapkan oleh colonial bagi kaum pribumi, mengakibatkan banyaknya
perlawanan-perlawanan yang di galang rakyat,mereka yang mengeyam dunia
pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi akan mencurahkan perlawanannya
dengan mengakomodir para terpelajar lainnya melalui jalan Organisasi. Sementara
itu, mereka yang mengenyam dunia pendidikan hanya setingkat SD atau bahkan
tidak mengeyam sama sekali, akan melakukam instrument perlawanannya dengan
jalan konfrontasi langsung (mengangkat senjata), namun baik perlawanan
terang-terangan maupun dengan gerilya. Semangat perjuangan mereka yang melalui
jalan organisasi maupun konfrontasi langsung, semuanya hanya bersumbu pada satu
cita-cita, yaitu kebebasan dari penjajah.
Lain chico lain pula dengan kehidupan pada era Indonesia
sebelum merdeka, dan tentunya akan lain juga dengan zaman sekarang ini, masih
ada kesamaan persoalan yang menimpanya yaitu penjajahan. Memang benar, bahwa
pada saar sekarang ini segala kebutuhan akan mudah kita dapatkan, berbagai
macam pendidikan bermunculan dengan tidak ada “batasan”, hokum yang sudah
sedikit lebih terang. Namun hal tersebut masih menyisakan sekat jaman
penjajahan dulu. Pendidikan hanya dapat di jangkau bagi mereka yang mempunyai
uang saja, pemerintah yang seharusnya menjaga dan memberikan fasilitas dalam
menyediakan pendidikan bagi warga negaranya, ternyata hanya terbukti dalam
tulisan Undang-undang Dasar semata, belum terealisasi dalam wujud nyatanya.
Dari kesekian persoalan yang menimpa dunia
pendidikan Negara Indonesia, ternyata persoalan lain muncul pada kualitas dari
kalangan terdidiknya, terutama dari kalangan Mahasiswa, kebanyakan dari mereka
dalam perkuliahannya ditentukan untuk pekerjaanya, sedikit dari mereka yang
semangat belajarnya semata-mata hanya untuk ilmu, tidak selesai disini,
minimnya pengetahuan mahasiswa dalam berorganisasi menyebabkan banyaknya
mahasiswa yang berfikir pragmatis, rute perjalanan kampus dan kos atau kos ke
kampus menjadi pemandangan yang banyak kita jumpai dikalangan mahasiswa,
kalaupun ada penambahan rute, mereka menambahkannya dengan rute jalan-jalan
(Hiburan Semata). Padahal setiap manusia pasti akan berkomunikasi, mereka juga
akan berpolitik dalam arti dasar, satu diantara persoalan-persoalan tersebut,
tentunya manusia akan pasti bersinggungan dengan namanya organisasi. Seperti yang
penulis kutip di film Burning Sesion “
Apa gunanya pendidikan tanpa Organisasi dan Apa gunanya Organisasi tanpa
Pendidikan” bahwa persoalan yang menyangkut masalah pendidikan dan
Organisasi akan berjalan seiring sejalan, kedua persoalan tersebut ibarat dua
mata koin dalam satu nilai mata uang, berbeda namun satu kesatuan, yang tidak
bisa dipisahkan, pendidikan selamanya akan menjadi tolak ukur bagi kemajuan
sebuah bangsa, menyelamatkan manusia untuk lebih berkreasi dalam
membangun/merubah sesuatu yang dihadapinya. Ibarat pepatah bahwa satu ranting akan mudah dipatahkan,
sedangkan 10 ranting akan sulit dipatahkan. Filosofi inilah yang seharusnya
kita pahami tentang indah dan kuatnya dalam berorganisasi, Chico pernah berkata
bahwa 100 orang tanpa pendidikan adalah
pemberontakan satu orang berpendidikan adalah awal dari sebuah pergerakan, hal
ini memperkuat bahwa sekumpulan orang yang berorganisasi tanpa didasari ilmu
(pendidikan), maka yang terjadi adalah perang otot, tanpa strategi-strategi
perubahan yang kurang berarti dan sepadan dengan lawan yang dihadapinya.
0 komentar:
Posting Komentar