About

Amikom

Rabu, 20 Februari 2013

APA GUNANYA PENDIDIKAN TANPA ORGANISASI DAN APA GUNANYA ORAGNISASI TANPA PENDIDIKAN


APA GUNANYA PENDIDIKAN TANPA ORGANISASI DAN APA GUNANYA ORGANISASI TANPA PENDIDIKAN
Oleh : Miftakhul Ulum*

100 orang tanpa pendidikan adalah pemberontakan satu orang berpendidikan adalah awal dari sebuah pergerakan (Chico Mendes)


Terinspirasi dari sebuah film garapan HBO Pictures yang berjudul Burning Sesion dari perkataan Chico Mendes, seorang tokoh perjuangan di film tersebut dalam menyelamatkan hutan hujan tropis di propinsi Cachoeira yang terletak di Negara bagian Brazil, Chico Mendes adalah pemuda yang hidup di era 70-an ia seorang yang tidak hidup di sebuah perkotaan, dimana semua keinginan akan mudah di dapat, chico juga tidak hidup di sebuah lingkungan keluarga yang berpendidikan, bapaknya yang hanya seorang petani karet dari sebuah tumbuhan yang hidup di liar di hutan Amazon. Mereka benar-benar merasakan hokum “gaya hutan”, namun tekad seorang chico dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol.
Dari sini tentunya bagi kita yang menikmati enaknya hidup disebuah wilayah dimana segala kebutuhan mudah didapat, lahir dari kalangan terdidik atau minimal (bagi pribadi) kita mengenyam dunia pendidikan, alangkah meruginya kita, jika fasilitas yang serba mudah tersebut tidak menikmatinya. Hampir satu abad Indonesia merdeka dari penjajahan, orang-orang pendahulu kita sangat sulit sekali mengenyam dunia pendidikan, mereka harus sembunyi-sembunyi dalam mendapatkan ilmu, kalaupun diperbolehkan kebanyakan dari mereka hanta selesai sampai SR (Sekolah Rakyat), sebuah jenjang sekolah yang kalau zaman sekarang setara SD (Sekolah Dasar), ketatnya aturan-aturan yang diterapkan oleh colonial bagi kaum pribumi, mengakibatkan banyaknya perlawanan-perlawanan yang di galang rakyat,mereka yang mengeyam dunia pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi akan mencurahkan perlawanannya dengan mengakomodir para terpelajar lainnya melalui jalan Organisasi. Sementara itu, mereka yang mengenyam dunia pendidikan hanya setingkat SD atau bahkan tidak mengeyam sama sekali, akan melakukam instrument perlawanannya dengan jalan konfrontasi langsung (mengangkat senjata), namun baik perlawanan terang-terangan maupun dengan gerilya. Semangat perjuangan mereka yang melalui jalan organisasi maupun konfrontasi langsung, semuanya hanya bersumbu pada satu cita-cita, yaitu kebebasan dari penjajah.
Lain chico lain pula dengan kehidupan pada era Indonesia sebelum merdeka, dan tentunya akan lain juga dengan zaman sekarang ini, masih ada kesamaan persoalan yang menimpanya yaitu penjajahan. Memang benar, bahwa pada saar sekarang ini segala kebutuhan akan mudah kita dapatkan, berbagai macam pendidikan bermunculan dengan tidak ada “batasan”, hokum yang sudah sedikit lebih terang. Namun hal tersebut masih menyisakan sekat jaman penjajahan dulu. Pendidikan hanya dapat di jangkau bagi mereka yang mempunyai uang saja, pemerintah yang seharusnya menjaga dan memberikan fasilitas dalam menyediakan pendidikan bagi warga negaranya, ternyata hanya terbukti dalam tulisan Undang-undang Dasar semata, belum terealisasi dalam wujud nyatanya.
Dari kesekian persoalan yang menimpa dunia pendidikan Negara Indonesia, ternyata persoalan lain muncul pada kualitas dari kalangan terdidiknya, terutama dari kalangan Mahasiswa, kebanyakan dari mereka dalam perkuliahannya ditentukan untuk pekerjaanya, sedikit dari mereka yang semangat belajarnya semata-mata hanya untuk ilmu, tidak selesai disini, minimnya pengetahuan mahasiswa dalam berorganisasi menyebabkan banyaknya mahasiswa yang berfikir pragmatis, rute perjalanan kampus dan kos atau kos ke kampus menjadi pemandangan yang banyak kita jumpai dikalangan mahasiswa, kalaupun ada penambahan rute, mereka menambahkannya dengan rute jalan-jalan (Hiburan Semata). Padahal setiap manusia pasti akan berkomunikasi, mereka juga akan berpolitik dalam arti dasar, satu diantara persoalan-persoalan tersebut, tentunya manusia akan pasti bersinggungan dengan namanya organisasi. Seperti yang penulis kutip di film Burning Sesion “ Apa gunanya pendidikan tanpa Organisasi dan Apa gunanya Organisasi tanpa Pendidikan” bahwa persoalan yang menyangkut masalah pendidikan dan Organisasi akan berjalan seiring sejalan, kedua persoalan tersebut ibarat dua mata koin dalam satu nilai mata uang, berbeda namun satu kesatuan, yang tidak bisa dipisahkan, pendidikan selamanya akan menjadi tolak ukur bagi kemajuan sebuah bangsa, menyelamatkan manusia untuk lebih berkreasi dalam membangun/merubah sesuatu yang dihadapinya. Ibarat pepatah bahwa satu ranting akan mudah dipatahkan, sedangkan 10 ranting akan sulit dipatahkan. Filosofi inilah yang seharusnya kita pahami tentang indah dan kuatnya dalam berorganisasi, Chico pernah berkata bahwa 100 orang tanpa pendidikan adalah pemberontakan satu orang berpendidikan adalah awal dari sebuah pergerakan, hal ini memperkuat bahwa sekumpulan orang yang berorganisasi tanpa didasari ilmu (pendidikan), maka yang terjadi adalah perang otot, tanpa strategi-strategi perubahan yang kurang berarti dan sepadan dengan lawan yang dihadapinya.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review